Banten Institute for Social Transformation - Profile BaIST
PROFILE
LEMBAGA BANTEN UNTUK TRANSFORMASI SOSIAL (BaIST)
MENGAPA BAIST DIDIRIKAN
Banten, sebagai provinsi yang baru berdiri, masih memiliki kompleksitas permasalahan yang belum terselesaikan. Permasalahan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan masih menjadi momok segar yang menggelayuti wajah Banten, dan belum terlihat sedikitpun keberanjakan dari permasalahan-permasalahan tersebut.
Sebagai sebuah data versi SIG BPS Tahun 2005 Provinsi Banten 2005, potret kemiskinan di Banten cukup mengkhawatirkan. Terkuak datasebanyak 2.124.971 Rumah Tangga (RT) yang termasuk dalam kategori keluarga miskin. Permasalahan kemiskinan dibanten disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Keterbatasan akses layanan pendidikan 36,75% dari total Rumah Tangga Miskin, tidak mampu berobat 52,15% dari rumah tangga miskin (RTM), partisipasi dalam KB 55,93% dan berpotensi terhadap permasalahan gizi balita 39,82%. Keterbatasan akses layanan modal usaha yang mengakses baru 1,22% dan keterbatasan rumah layak huni: Lantai tidak layak 72,13%, BAB bersama 88% dan sumber air minum terbuka 76,14%.
Hal senada juga terlihat dari data pendidikan yang nota bene menjadi pilar pembangunan masyarakat Banten, angka buta huruf usia produktif di Banten tahun 2007, mencapai angka 500.000. Selain itu, dibidang ekonomi sampai saat ini perekonomian di Banten lebih banyak digerakkan oleh sektor industri padat modal, seperti terlihat di wilayah Cilegon, Serang dan Tangerang dengan bertebarannya perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi logam, tekstil dan kimia. Sementara sektor ekonomi riil, seperti pertanian, kehutanan dan kelautan, belum digerakkan secara
optimal.
Ketidakselarasan antara industri hulu dan hilir inilah, yang kemudian menjadikan ketimpangan perekonomian masyarakat Banten. Tidak hanya pada perekonomian individu yang mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan di Banten, tapi juga pada perekonomian daerah yang tidak seimbang. Daerah dimana tersebar industri padat modal lebih cepat pertumbuhan ekonomi dan fisiknya, sementara daerah lain pertumbuhan ekonominya lambat.
Apalagi jika kita melihat potret kesehatan masyarakat di Banten cukup menghawatirkan. 279.556 anak yang berpotensi terhadap permasalahan gizi buruk, akses layanan masyarakat terhadap kesehatan sangat lemah, pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan berbasis hak belum menjadi pengetahuan bersama. dalam data yang ada disebutkan bahwa berbagai penyakit dari mulai TBC, lumpuh layu, Flu Burung (dari 17 kasus, 14 meninggal Dunia: November 2007). dan berbagai penyakit lainnya.
Sederhananya, membayangkan Banten adalah sebuah ironisme tak berkesudahan. Sebagai daerah yang berdampingan dengan pusat kekuasaan negara Republik Indonesia.
situasi pendidikan yang rendah, kemiskinan yang menyebar dan ekonominya yang berjalan lambat, ditambah rendahnya peran-peran kelompok elit untuk memberdayakan masyarakat.
Untuk itu, didirikanlah sebuah lembaga bernama Lembaga Banten untuk Transformasi Sosial (BaIST) dengan mandat langsung dari komunitas yang terdiri dari 14 Pesantren Salafi, 2 Kelompok tani, SBKU, 3 Aktivis gerakan sosial, 1 kelompok nelayan Bojonegara, 1 Majlis Taklim Mathla’ul Anwar, 2 komunitas Kamal dan Kapang,, Guru Bantu Sekolah dan 1 LSM. Awal berdiri BaIST tahun 2003 dan mulai dilegalkan dengan badan hukum Yayasan Februari 2006dengan mandat lembaga melakukan dukungan dan mengawal proses perubahan sosial masyarakat Banten, sehingga menjadi lebih mandiri dan berkualitas.
VISI ORGANISASI
Mewujudkan Masyarakat Marginal di Banten yang Berkualitas, Mandiri dan Sejahtera
MISI ORGANISASI
1.Pemberdayaan potensi masyarakat marginal di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya
2.Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan keterampilan hidup (life skill) bersandar pada pengetahuan berbasis teknologi & informasi
3.Membangun organisasi yang kuat dan acountable
Today, there have been 1 visitors (1 hits) on this page!